Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Pameran Sunting, Hadirkan Jejak Peran Perempuan Indonesia Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa

Pameran Sunting, Hadirkan Jejak Peran Perempuan Indonesia Dalam Sejarah Perjalanan Bangsa

Kementerian Kebudayaan melalui Indonesia Heritage Agency menyelenggarakan pameran bertajuk SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan. Pameran yang digelar di Museum Nasional Indonesia, dibuka resmi oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon pada 21 April 2025, dan akan berlangsung hingga Bulan Juli 2025.

Pameran SUNTING: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan dikurasi oleh Citra Smara Dewi, Seniman dan Wakil Rektor Bidang Pendidikan Institut Kesenian Jakarta, bersama kurator independen Sabila Duhita Drijono. Keduanya didukung oleh tim peneliti oleh tim Departemen Sejarah Universitas Indonesia.

Sunting tidak hanya sebagai padanan kata untuk hiasan kepala untuk perempuan, tetapi juga mempunyai arti sesuatu yang berharga, dan terinspirasi dari nama surat kabar perempuan pertama Sunting Melajoe dari Tanah Minangkabau yang diampu oleh jurnalis perempuan pertama, Rohana Kudus.

Dalam pameran ini ditampilkan artefak lintas budaya dan lintas waktu yang mencakup arsip, karya sastra, tekstil, artefak etnografi, karya seni, panji, karya visual, karya performance, dan dokumentasi. Seluruhnya merefleksikan rekam jejak perjuangan, identitas, dan kontribusi perempuan dalam berbagai ranah kehidupan serta lintas periode sejarah Indonesia.

Bila pengunjung memasuki ruang Pameran SUNTING, area di dalamnya akan terbagi ke dalam tiga zona utama, yaitu:

Zona 1: Perempuan, Kekuasaan, dan Perlawanan, menampilkan 14 tokoh perempuan pemimpin dan pejuang.

Dari masa Kerajaan hingga awal masa perjuangan kemerdekaan. Pengunjung akan disuguhkan patung dan prasasti peninggalan jaman Kerajaan Hindu Budha, membuktikan peran Perempuan telah berpegaruh sejak jaman kerjaaan. Hingga bukti-bukti peran perempuan lainnya dalam perjuangan fisik mengusir penjajah, seperti Martha Tiahahu dari Maluku dengan diperlihatkan parang yang dipakainya dalam perjuangan mengusir penjajah dan lukisan tentangnya.

“Ada foto asli Tjoet Nyak Dien dari koleksi Belanda saat dilakukan penangkapan,” kata Sabila Duhita.

Zona 2: Perempuan, Penggerak Sejarah, menghadirkan 29 tokoh yang berperan dalam dinamika sosial-politik Indonesia. Dalam jaman ini para tokoh perempuan

mulai melakukan perjuangan secara diplomasi melalui pendidikan dan organisasi pergerakan. Hingga ikut berjuang secara fisik baik sebagai laskar pejuang wanita atau sebagai perawat dan penyedia dapur umum.

“Kami memperlihatkan kebaya asli Kartini yang kami pinjam dari Musem Kediri di Jepara,“ kata Citra Smara Dewi menjelaskan.

Zona 3: menyajikan tokoh perempuan, dalam mengisi pembangun dan peradaban, menyuguhkan 53 tokoh perempuan yang berjasa dalam berbagai bidang. Mulai dari olah raga pendidikan, seni, kesehatan, diplomasi, hingga teknologi.

Tak hanya itu, sebanyak 17 organisasi perempuan juga mendapat sorotan sebagai elemen penting dalam perjuangan kolektif perempuan Indonesia sepanjang sejarah yang ditampilkan.

Selain itu ada juga zona interaktif, terdapat 2 karya seni instalasi. Pertama ada menara berbentuk tabung yang terdiri dari kartu pos, yang berjudul “Menjadi Dian yang Tak Padam” karya Ika Vantiano, pengunjung dapat menulis surat untuk tokoh-tokoh perempuan yang kemudian bisa dibaca oleh pengunjung lainnya.

Kedua adalah “I don’t See Colour” karya Bibiana Lee. Mengajak pengunjung untuk tidak menilai sesama manusia dari warna-warna, seperti ras, gender, suku status sosial dan lainnya. Perlawanan terhadap warna-warna tersebut digambarkan dalam wujud samsak tinju yang bercorak dari warna motif tes buta warna. Pengunjung diajak meninju warna-warna tersebut agar menghilangkan stigma warna dalam kehidupan kita.

Pameran SUNTING terbuka untuk umum dan akan berlangsung hingga Juli 2025. Masyarakat diundang untuk hadir, belajar, dan merayakan jejak perjuangan para perempuan Indonesia penggerak perubahan.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.