Visi
Menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia untuk mendapatkan berita dan informasi seni, sastra, dan budaya Indonesia secara digital.

Misi
MENYATUKAN informasi karya dan kegiatan dari para pelaku seni, sastra, dan budaya untuk dapat diakses secara digital dengan mudah, Baca Selengkapnya...

Hulubalang Raja

Hulubalang Raja

Nur Sutan Iskandar atau Nur St. Iskandar tercatat sebagai sastrawan Angkatan
Balai Pustaka yang paling produktif di zamannya. Lahir di Sungai Batang, Sumatera
Barat pada 3 November 1893. Nur adalah sastrawan penting generasi Balai
Pustaka.

Buku romannya yang populer antara lain adalah Hulubalang Raja yang merupakan
rekonstruksi sejarah yang mengupas fenomena ‘jual bangsa’, mengambil latar
belakang di pesisir Minangkabau pada abad ke-17. Fenomina sejarah yang terjadi
sejak ratusan tahun yang lalu, masih terus berlangsung dan terjadi hingga kini.
Hulubalang Raja menceritakan berbagai fenomina ini dan adalah sebuah
fiksionalisasi fakta oleh Nur. Konflik antara Minangkabau dan Aceh yang kemudian
melibatkan Kompeni Belanda.

Pada zaman masih banyak kerajaan, tidak jarang terjadi perjodohan dan pernikahan
antar kerajaan. Bahkan sering terjadi peperangan antar kerajaan-kerajan yang
diakibatkan oleh pernikahan tersebut. Tapi ada juga kerajaan yang berperang justru
menjadi damai karena adanya pernikahan

Adalah seorang putri cantik bernama Ambun Suri. Seorang perempuan cantik yang
sopan tutur bahasa dan mulia akhlaknya. Setelah Ambun Suri dewasa, sang Raja
mengadakan sebuah kontes dan mengundang para bangsawan di sekitar Kampung
Hulu Inderapura untuk dipilih sebagai menantu dan suami bagi putrinya. Tetapi
hingga proses seleksi akhir, tidak ada yang lolos dan memenuhi kriteria Raja Dihulu.

Seorang bangsawan yang berasal dari Kota Hilir Inderapura, Sultan Muhammad
Syah datang meminta Ambun Suri. Sultan Muhammad Syah merupakan raja yang
lebih berkuasa daripada Raja Di Hulu. Ia adalah sultan yang tamak yang menurut
masyarakat tidak patut menikah dengan putri cantik yang berbudi itu. Maka dengan
berat hati Raja Di Hulu memberikan putrinya. Ambun Suri karena ingin berbakti pada
orang tuanya, walau ia tidak tertarik sedikit pun pada Sultan Muhammad Syah,
menerima calon suaminya itu

Istri pertama Sultan Muhammad Syah, Putri Kemala Sari, merasa iri dan tidak rela
suaminya menikah dengan Ambun Suri yang dulu juga adalah teman
sepermainannya. Putri Kemala Sari ingin menggagalkan perkawinan tersebut. Satu
saat ia mengajak Ambun Sari mandi di Sungai. Di sana ia mencelakakan Ambun
Sari hingga hanyut tenggelam. Masyarakat dan petugas kerajaan dikerahkan untuk
mencari Putri Ambun Suri. Namun semua usaha pencarian gagal. Kakak Ambun Suri
yang bernama Sutan Ali Akbar dengan gelar Raja Adil, menjadi murka saat
mengetahui bahwa kematian adiknya itu adalah perbuatan istri pertama Sultan
Muhammad Syah.

Maka terjadilah pertikaian dan konfrontasi langsung antara dua kerajaan tersebut.
Sultan Muhammad Syah yang dikenal licik dan tamak itu meminta bantuan kompeni
sehingga menambah rasa marah Raja Adil. Tetapi akhirnya Raja Adil kalah, dan
daerahnya dibumihanguskan. Penduduknya dibinasakan, beserta kedua orang tua
Raja Adil. Dia sendiri mundur beserta pasukannya untuk menyusun kekuatan
kembali.

Di lain waktu dan tempat, adalah seorang pemuda bernama Sutan Malakewi. Ia
meninggalkan kampungnya untuk merantau mengadu nasib. Kegemarannya
menyabung ayam telah menghabiskan kekayaan orang tuanya dan mereka tidak
lagi mau memberinya uang. Malakewi bergabung dengan sekelompok saudagar.
Satu malam mereka diserang penyamun, Malakewi berhasil lolos dan ditolong oleh
Putri Rubiah yang memiliki putri cantik bernama Sarawaya yang kemudian menjadi
istrinya.

Sutan Malakewi dikenalkan kepada Orang Kaya Kecil yang sering bekerja sama
dengan kompeni Belanda. Orang Kaya Kecil menyukai Malakewi yang kemudian
menganggapnya sebagai anak sendiri. Terlebih karena setelah ia tahu bahwa
Malakewi sering menumpas orang-orang Pauh yang sering melakukan penyerangan
terhadap Padang, pusat kekuasaan kompeni di Pesisir Minangkabau.

Kerjasama Sutan Malakewi dengan kompeni semakin erat. Pada saat itu kompeni
tidak hanya bermusuhan dengan raja-raja setempat, tetapi juga dengan Aceh yang
masih berkuasa di daerah Utara pesisir Minangkabau. Ia berhasil menghancurkan
musuh-musuh kompeni kecual Raja Adil yang gigih bertahan. Gelar ‘Hulubalang
Raja’ kemudian diberikan kepada Sutan Malakewi karena kegigihannya menumpas
siapa saja yang bermusuhan dengan kompeni.

Suatu hari Hulubang Raja, mendapat kabar bahwa adiknya telah diculik oleh Raja
Adil. Pergilah Hulubalang Raja dengan menyamar masuk ke daerah Raja Adil. Tapi
penyamaran terbongkar dan ia dibawa ke hadapan Raja Adil. Betapa terkejutnya
Hulubalang Raja karena ternyata adiknya, Adnan Dewi, telah menjadi istri Raja Adil.
Raja yang selama ini menjadi musuhnya ternyata adalah iparnya sendiri. Maka Raja
Adil dan Hulubalang Raja kemudian melupakan permusuhan mereka dan berdamai.

Apa sebenarnya arti gelar Hulubang Raja? Hulubalang Raja merupakan panglima
perang atau pemimpin laskar. Seorang penguasa daerah yang memiliki kontrol atas
pasukan militer yang setia kepadanya, tetapi tidak pada pemerintah pusat. Pada
zamannya peran hulubalang tidak terbatas pada aspek militer saya, tapi juga
mencakup fungsi kepemimpinan sipil dan keamanan di tingkat lokal.

Nur Sutan Iskandar, nama aslinya Muhammad Nur, saat beliau menikah diberi gelar
sebagai Sutan Iskandar. Gelar itu kemudian menjadi bagian dari nama lengkapnya.
Nur Sutan Iskandar telah menciptakan 82 buku yang terbit atas namanya. Karya
pertamanya Apa Dayaku Karena Aku Perempuan (1922). Lalu berlanjut dengan

karya-karaya lainnya, Cinta Yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), sampai
pada karya terakhirnya Cinta dan Mata yang terbit pada 1977. Nur meninggal pada
1975 di usia 82 tahun.

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.