Ramadhan KH, Hangat Menuturkan Riwayat
Ramadhan Karta Hadimadja atau Ramadhan KH adalah sastrawan besar Indonesia yang lahir di Bandung, Jawa Barat pada 16 Maret 1927. Beliau dikenal sebagai penulis puisi, novel, dan terutama sebagai penulis biografi yang sangat piawai. Beliau wafat tepat di hari ulang tahunnya yang ke-79, pada 16 Maret 2006 di Cape Town, Afrika Selatan.
Selama hidupnya, Ramadhan KH telah menerima banyak penghargaan. Beberapa di antaranya adalah hadiah Sastra Nasional BMKN 1957/1958 untuk buku kumpulan puisi Priangan Si Jelita, novel Royan Revolusi (1970) yang kemudian juga terbit dalam bahasa Prancis mendapatkan hadiah Sayembara Ikapi/UNESCO.
Novel Keluarga Permana (1978) mendapatkan hadiah Sayembara Mengarang Roman DKI tahun 1974 dan 1976, juga penghargaan-penghargaan lain. Selain itu, novel karya Ramadhan KH berjudul Kemelut Hidup (1976) diangkat ke dalam film oleh sutradara Asrul Sani pada tahun 1978. Selain sebagai penulis, Ramadhan KH juga aktif di dunia jurnalisme dan kebudayaan. Ia merupakan salah satu penggagas didirikannya Taman Ismail Marzuki di Jakarta.
Sang Biograf
Di antara para penyusun biografi di Indonesia, Ramadhan KH mencuat sebagai salah seorang yang paling brilian. Puluhan tokoh ia abadikan ke dalam karya-karyanya, termasuk mantan presiden Soeharto, Inggit Garnasih, Jenderal Polisi Hoegeng, Jenderal Soemitro, AE Kawilarang, dan mantan gubernur Jakarta Ali Sadikin.
Kuantar ke Gerbang, Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno (1981) adalah satu buku biografi paling populer yang ditulis Ramadhan KH. Dengan apik Ramadhan KH menceritakan kisah hidup Inggit Garnasih selama mendampingi Soekarno dari tahun 1923 hingga 1943 ke dalam roman tuturan yang memikat. Buku ini kemudian menjadi inspirasi pertunjukan Monolog Inggit yang dipentaskan oleh aktris Happy Salma.
Kepiawaian Ramadhan KH dalam menulis membuat novel Kuantar ke Gerbang dibaca begitu banyak orang, termasuk pada saat itu, Presiden Soeharto. Dari sinilah, kemudian Ramadhan KH ditunjuk untuk menuliskan biografi pemimpin tertinggi pemerintahan Orde Baru tersebut. Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya disusun oleh Ramadhan KH bersama G Dwipayana dan diterbitkan pada tahun 1988.
Novel Menguak Duniaku: Kisah Sejati Kelainan Seksual
Jauh sebelum isu-isu terkait pilihan orientasi seksual, transgender, dan transeksual ramai dibicarakan dan mendapatkan perhatian yang besar seperti saat ini, Ramadhan KH sudah menyuarakan isu-isu tersebut dalam karya roman populernya yang berjudul Menguak Duniaku: Kisah Sejati Kelainan Seksual.
Novel yang ditulis bersama Prie Prawirakusumah dan diterbitkan oleh Pustaka Utama Grafiti pada tahun 1988 ini telah berusaha membuka ruang diskusi dengan menyorot pokok masalah yang bahkan bagi sekalangan orang masih tabu untuk dibicarakan. Cerita berkisar di seputar liku-liku proses coming out tokoh Hendrika, latar belakang keluarga dan lingkungannya, jatuh cinta dan kecewanya, dan bagaimana ia dengan segenap tekad dan keberanian berjuang menampilkan identitas dirinya.
Tentu, membaca kembali roman ini sekarang harus mendudukkannya sebagai sebuah karya yang lahir di tengah-tengah situasi dan kondisi masyarakat kita 32 tahun yang lalu, saat novel ini ditulis dan diterbitkan. Bagaimana, misalnya, seorang perempuan yang dianggap memiliki kelainan seksual diperlakukan oleh masyarakat pada saat itu, dari ditahan polisi hingga dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Sebagai sebuah karya populer, novel Menguak Duniaku: Kisah Sejati Kelainan Seksual ini telah menjadi rujukan bagi banyak kajian sosial budaya. Terutama yang mengulas masalah identitas seksual. Salah seorang cendekiawan yang menggunakan buku ini sebagai rujukan misalnya adalah Tom Boellstorff, professor di bidang Antropologi University of California. Esai-esai dan diskusi-diskusinya acapkali melibatkan novel ini sebagai salah satu bahan telaah.
Priangan Si Jelita
Di antara rentang panjang karya-karyanya yang terbilang banyak, Ramadhan KH juga menerbitkan buku-buku puisi. Dan yang paling populer adalah Priangan Si Jelita, diterbitkan pertama kali pada tahun 1956. Buku puisi yang kelak juga diterbitkan dalam bahasa Prancis ini memperoleh hadiah Sastra Nasional dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) sebagai kumpulan sajak terbaik periode 1957-1958.
Priangan Si Jelita ditulis Ramadhan KH sekembalinya dari Eropa pada tahun 1954. Pada saat itu, Jawa Barat atau Tanah Priangan yang menjadi topik utama dalam buku puisi ini sedang berada dalam gejolak dan kekacauan. Sebabnya, pada 7 Agustus 1949 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di Tasikmalaya, Jawa Barat. Peristiwa ini kemudian berlanjut menjadi serangkaian teror yang dilakukan oleh Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII). Ada ribuan kasus penculikan, peembunuhan, penganiayaan, pembakaran rumah, dan pencurian selama rentang tahun 1950-1954 yang disebabkan oleh gerombolan ini.
Dalam buku puisi yang terbagi dalam 3 bagian ini, Ramadhan KH menuliskan 21 sajak yang mengungkapkan kecintaannya yang begitu intim, mesra, dan disertai empati yang mendalam terhadap bumi Priangan. Bagian pertama berjudul Tanah Kelahiran, bagian kedua berjudul Dendang Sayang, dan bagian ketiga berjudul Pembakaran. Setiap bagian berisi tujuh puisi.
Sastrawan Sapardi Djoko Damono menyebut buku puisi Priangan Si Jelita sebagai pencapaian tertinggi Ramadhan KH dalam dunia sastra Indonesia dan merupakan salah satu buku kumpulan puisi terbaik yang pernah diterbitkan di Indonesia.